Minggu, 03 Januari 2016

Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor


Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor

Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor

Sudah bukan rahasia lagi kalau Bogor menjadi salah satu tujuan destinasi utama pagi pecinta kuliner, banyak yang mencari tempat yang asik dan nyaman untuk berkuliner ria atau sekedar hangout bersama teman teman.
Sebelumnya visitbogor.com sudah banyak mereview tujuan destinasi café dan resto, dan sekarang visitbogor.com mau merekap café&resto mana aja sih yang asik buat jadi tempat nongkrong yang lagi hitz di Bogor. Yang paling banyak dikunjung oleh warga local Bogor ataupun dari luar Bogor.
Berikut daftar daftarnya :

1. Lemongrass Resto

Lemongrass Rekomendasi Restoran yang Wajib Dikunjungi di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Lemongrass menawarkan konsep modern kopitiam dan resto secara bersamaan. Menu makanan khas kopitiam dengan resep tradisional yang kuat disajikan dalam sebuah suasana resto modern yang memiliki desain interior sangat nyaman. Selain menu kopitiam, Lemongrass juga menyediakan berbagai sajian dari mulai Chinese Food, Western Light Meal hinggaCocktail dan Mocktail yang sudah jadi sajian wajib di Resto Modern.
Baca review lengkap Lemongrass Resto DISINI

2. Two Stories

Two Stories Cafe Industrial Rekomendasi Tempat Nongkrong di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Menawarkan konsep cafe dengan dua konsep berbeda di setiap lantainya. Sesuai namanya yang berarti “dua cerita” Two Stories ingin menyampaikan konsep tersebut pada kedua lantai cafe mereka namun dengan satu konsep besar cafe dengan desain industrial. Dari kedua suasana yang berbeda tersebut, kita sama-sama tetap bisa menikmati sebuah konsep besar cafe yang ditawarkan oleh Two Stories dan konsep seperti ini sangat jarang bisa kita temui di Bogor. Dengan dua konsep tersebut kita bisa menikmati makanan yang disajikan Two Stories dengan dua cara. Berbicara mengenai menu yang ditawarkan Two Stories, cafe ini menawarkan menu perpaduan antara Indonesian Food dan Western Food.
Baca review lengkap mengenai Two Stories DISINI

3. Cyrano Café

Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Cyrano Café buat menemukan hal baru yang bisa buat remaja sekarang ngga cepet bosen dengan banyaknya resto café di Bogor. Akhirnya Cyrano Café memberanikan diri untuk merubah konsep cafenya, sebelumnya Cyrano café memang memberikan hal yang sama dengan café café lainnya. Karna ingin memberikan hal yang berbeda dan baru akhirnya Cyrano Cafepun merubah konsep cafenya menjadi Dessert Cafe. Saat ini Cyrano café sudah launching menu dessert terbarunya ada sekitar 14 varian dessert yang semuanya merupakan ide terbaru

4. Level03 Rooftop and Grill

Level03 Rooftop and Grill Sensasi Rooftop Cafe Pertama di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Level03 Rooftop and Grill adalah kesatuan yang terpisah dari Two Stories. Menu makanan dan minuman hingga konsep benar-benar berbeda dengan Two Stories. Sensasi merasakan viewkota Bogor dari Rooftop Level03 ditemani menu grill dan minum mocktail atau cocktail adalah pengalaman utama yang ditawarkan oleh Level03.
Level03  adalah kelanjutan cerita dari dua lantai sebelumnya dan tingkatan ketiga ini adalah tingkatan lebih tinggi dan menuju keabadian sehingga tema hitam dan putih, ruang terbuka untuk mata memandang langit dan udara segar untuk dihirup adalah representasi dari tingkatan Level03 yang merupakan konsep selanjutnya dari Two Stories.

5. Momomilk Barn

Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Sesuai dengan tema restorannya, yaitu susu, dekorasi restoran ini juga dibuat layaknya sebuah peternakan. Ukuran resto ini luas dan secara garis besar terdiri dari 3 area tempat makan. Di sebelah kanan ada smoking area, sebelah kiri non-smoking area, dan area yang paling kecil ada di belakang, bersebelahan dengan toilet dan mushala. Ketiga area tersebut mengitari sebuah taman kecil yang ada dekorasi ala peternakannya. Beberapa waiternya juga pake baju overall. Kalo dekorasi restonya sendiri sih kebanyakan kayu-kayuan dan dindingnya ada lukisan mural.

6. Monarchy bistro

Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Photo taken from http://neighbourlist.com
Kafe yang memiliki taglineTreat Queen Like a Boss”  dan mengusung konsep industrial minimalis. Begitu memasuki Monarchy, kita akan disambut dengan interior dan suasana yang menarik. Terlihat kasir di pojok sebelah kanan dan sofa empuk di sebelah kiri dengan lambang Monarchy di atasnya yang digunakan untuk tempat menunggu maupun untuk berfoto. Tak lupa dilengkapi dengan interior payphoneLondon. Pizza, pasta, panna cotta, iced frappe,dan potato skin, merupakan beberapa contoh menu dari Monarchy yang berkiblat ke western menu. Daftar menunya unik di atas papan dan terdiri dari beberapa lembar kertas, yang semuanya full english.

7. Daiji Ramen

Daiji Raamen Giant Extra Sentul Rekomendasi Makan Ramen Enak di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Daiji Raamen bisa disebut sebagai pelopor dan bisa menjadi inspirasi. Beberapa dari kamu akan merasa ini berlebihan, tapi menilik perjalanannya yang memang Daiji adalah kedai ramen pertama di Bogor, lalu perjalanan bisnis mereka dari kedai kecil hingga akhirnya memiliki cabang tidaklah berlebihan untuk menasbihkan mereka sebagai pelopor ramen dan inspirasi bagi bisnis kuliner di Bogor. Konsep pemilihan kedai ramen ternyata bukan tanpa alasan atau bukan hanya karena tidak ada kedai ramen saat itu. Salah satu pemilik Daiji Raamen ternyata orang tuanya dahulu pernah berprofesi sebagai produsen mie buatan sendiri jadi ternyata pengalaman dalam mengolah mie telah dimiliki oleh tiga orang pemilik Daiji Raamen ini. Selain itu pemilihan kata “DAIJI” sebagai nama pun bukan karena memiliki arti bagus dalam bahasa Jepang saja, tapi memiliki arti filosofis yang akan mengiringi perjalanan Daiji Raamen hingga kapanpun.
Baca review lengkap mengenai Daiji Ramen DISINI

8. Daily Dose

Dailydose Rekomendasi Cafe Nyaman Untuk Nongkrong di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
 Daily Dose menempati sebuah ruko dan berada di kawasan yang memiliki beberapa destinasi kuliner lainnya. Dengan konsep minimalis dan suasana warna hitam, biru muda dan tosca Dailydose memberikan suasana nyaman bagi pengunjungnya. Dailydose mulai buka pada pukul 10.00 dan tutup pada pukul 22.00 untuk hari kerja dan pukul 24.00 pada akhir pekan. Menu makanan yang ditawarkan di Dailydose didominasi oleh snack teman minum kopi dan beberapa makanan berat yang jarang ditemui di lokasi kuliner lainnya di Bogor.
Baca review lengkap Dailydose DISINI

9. Tier Siera

Tier Siera Rekomendasi Resto dan Lounge Tempat Nongkrong di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Dengan konsep Resto dan Lounge untuk keluarga, Tier Siera menawarkan suasana Resto yang sangat nyaman dengan view pegunungan dan interior yang berbeda dengan resto-resto yang ada di Bogor. Dan spot paling menyenangkan di Resto ini berada di bagian belakang dimana kita bisa menikmati makanan dan minuman bersama dengan view kota Bogor dengan pegunungan-pegunungannya yang sangat tidak boleh untuk dilewatkan. Beberapa menu makanan di Tier Siera banyak yang mengambil bahan pasta dan pasta ini merupakan pasta homemade buatan dari chef di Tier Siera. Begitupun beberapa saus yang digunakan untuk makanan di Tier Siera kesemuanya adalah saus homemade dari chef di Tier Siera.
Baca review lengkap mengenai Tier Siera DISINI

10. The Pot

Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Rekomendasi 10 Cafe Tempat Nongkrong Paling Hits di Bogor
Berlokasi di kawasan ruko, tempat makan ini menyajikan beragam sajian yang berkonsep Western. Aneka sajian yang ada di sana sekaligus menjadi unggulan antara lain steak, sosis, dan pasta. Masing-masing disajikan dengan bumbu dan topping yang berbeda. Sehingga terciptalah citarasa yang lezat dan pastinya mampu menggugah selera siapa pun yang makan di sana.
Seperti halnya dengan pilihan steak, pengunjung bisa menemukan beberapa pilihan. Sebut saja Tenderloin AU, Short Ribs NZ, Rib Eye AU, Norway Salmon, Chicken Crispy, dan masih banyak lainnya.  Terdiri dari 2 lantai, The Pot memiliki kapasitas hingga 40 seats. Restoran terlihat natural yang dindingnya didominasi dengan pilihan batu bata merah, lengkap dengan hiasan-hiasan cantik menempel di seantero dinding

Kopi Indonesia



Kopi Indonesia sedang naik daun. Di kota-kota besar telah berdiri kedai-kedai kopi–banyak di antara mereka yang mengandalkan kopi asli Indonesia.

Di luar negeri, sejak abad 17, biji untuk seduhan kafein ini pun sudah ngetop. “Secangkir Jawa” adalah kebanggaan dalam acara ngopi-ngopi di Eropa.
Tidak rumit mengenal si genus Coffea ini. Di samping itu, ia juga punya banyak cerita.
Selain enak, kopi di nusantara juga beragam. Tinggal pilih: mau species arabica? Atau kopi robusta? Mau yang dari Aceh? Flores? Toraja? Papua?
Buat saya pribadi, menikmati kopi berarti menikmati keragaman budaya. Juga sejarahnya. Singkat saja, saya memang suka kopi :)
Segelas kopi terkesan mudah disajikan. Tapi ternyata cerita kopi tak segampang yang kita sangka. Alangkah baiknya jika kita mengenal lebih jauh tentang kopi Indonesia.
Yuk, kita telusuri!

Kopi Indonesia di tengah kopi dunia

Sebagian besar bulir-bulir kopi dari penjuru Indonesia ternyata diekspor ke luar negeri. Indonesia pun ternyata ada di posisi tiga besar produsen kopi dunia.
Produksi kopi negara-negara di dunia
(satuan karung: 1 karung = 60 kg)
1. Brazil (22,5 juta karung)
2. Kolumbia (10,5 juta karung)
3. Indonesia (6,7 juta karung)
4. Vietnam (5,8 juta karung)
5. Meksiko (5 juta karung)
6. Ethiopia (3,8 juta karung)
7. India (3,8 juta karung)
8. Guatemala (3,5 juta karung)
9. Pantai Gading (3,3 juta karung)
10. Uganda (3 juta karung)

Soal kopi, boleh jadi kita agak berterima kasih dengan Belanda.
Seperti yang kita ketahui, VOC–yang notabene perusahaan jajahan Belanda untuk Hindia Timur, memperkenalkan species kopi arabika (Coffea arabica) di akhir dekade 1600-an.
Orang-orang Belanda pula yang memperluas pemasaran kopi produksi Indonesia ke Eropa. Ya, VOC memang mengeruk untung jutaan gulden dari keringat petani kopi Indonesia.
Saat ini, kopi Indonesia memang jadi salah satu yang diburu eksportir. Umumnya, kopi kita ini dilempar ke pasaran Asia (Jepang, Korea, Taiwan), Eropa bahkan Amerika.
Jika dulu yang terkenal hanya “Java” saja, saat ini kita punya Mandailing (yang saya lihat bertebaran di Taiwan dan Jepang), serta Toraja. Kopi Toraja ini bahkan mengundang decak kagum dari Pete Licata, pemenang lomba barista sedunia 2013.

Sejarah singkat kopi di Indonesia

Seperti telah diterangkan di atas, kopi arabica dibawa Belanda sekitar abad ke-17. Kopi arabica padahal aslinya dari Yaman, dan pada saat itu perdagangannya dikuasai oleh pedagang Arab.
Penjajah Belanda jelas melihat potensi penjualan kopi ini. Singkat kata: bawa ke daerah jajahan (dalam kasus ini Hindia Belanda atau Indonesia), lalu tanam secara massal. Tanam paksa.
Pada era tanam paksa ini (sekitar 1830), produksi kopi meningkat pesat. VOC pun menguasai perdagangan kopi dunia.
Namun, malang tak dapat ditolak. Kopi arabica yang ditanam di Indonesia terkena hama jamur karat. Hampir seluruh perkebunan kopi terinfeksi.
Namun Belanda tak hilang akal. Mereka lalu membawa species lain: kopi liberica (Coffea liberica, yang sekarang sudah jarang ditemui di Indonesia)–yang ternyata juga dihajar hama. Pusing, mereka lalu membawa species yang lebih tahan: kopi robusta (Coffea robusta).
Nah, species kopi inilah yang hingga kini bertahan lama di Indonesia. Bahkan, hampir 90 persen produksi kopi Indonesia ternyata adalah robusta!

Kopi asli Indonesia: Dari mana?

Produksi kopi di Indonesia kini sudah tak terkait Belanda lagi (fiuh!).
Saat ini, banyak koperasi, asosiasi, kelompok/serikat tani, bahkan individu yang mengembangkan kopi Indonesia. Mereka inilah ujung tombak kopi Indonesia: orang-orang yang melestarikan budaya kopi nusantara.
Volume terbesar jelas dari kopi robusta. Segitiga emas di Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu adalah penghasil kopi robusta yang saya ketahui. Temanggung, Merapi juga menghasilkan robusta yang terkenal enaknya.
Sedangkan untuk species kopi arabika, ada beberapa daerah yang khas. Ada istilah lain untuk ini, yakni coffee specialty.
Ada juga indikasi geografis untuk daerah-daerah tertentu penghasil kopi arabica. Beberapa daerah produsen kopi arabica yang terkenal di Indonesia:
1. Kopi Aceh Gayo
Sesuai namanya, Gayo ada di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, terutama di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.

Kopi Gayo sudah dikenal lama di dunia kopi karena dikembangkan sejak tahun 1908 dan salah satu perkebunan kopi arabica terluas di Asia (81.000 hektar)! Mau mencicipi? Kopi Gayo banyak tersebar di kedai-kedai kopi baik dalam maupun luar negeri.
2. Kopi Mandailing dan Lintong
Dari Sumatera Utara. Ciri khasnya adalah body (badan) kopi yang tebal–salah satu karakter kopi yang dicari tukang seruput kopi.

Saya pernah mencicipi kopi varietas ini di Taiwan dan Jepang. Tampaknya mereka butuh “ditampar” oleh body kopi Mandailing yang mantap.
3. Kopi Jawa atau Java coffee
Namanya sungguh terkenal untuk kopi, sehingga sebuah perangkat lunak pun dinamai penemunya sebagai Java.

Ya, sang penemu software suka menyeruput kopi Jawa saat bekerja.
Mulai dari Jawa Barat hingga Timur, kita bisa temui si “Java” ini.
Rasanya? Seruput sendiri dan rasakan enaknya!
4. Kopi Bali Kintamani
Satu produk lagi dari pulau dewata. Pulau Bali tak henti bikin kita kagum. Kopi dari pulau ini pun terkenal karena keunikannya: keasaman (acidity), rasa lemon serta aroma bunga.

Sekitar 13.800 ton kopi dihasilkan oleh Bali setiap tahunnya, dan mayoritas bisa menembus pasar Eropa dan Amerika.
Kopi Bali ini selalu ada dalam rekomendasi saya–selagi tersedia, maka saya akan pesan dan menyeruputnya!
5. Kopi Flores Bajawa
Flores adalah salah satu daerah penghasil kopi arabica yang utama, walaupun tak terlalu besar. Uniknya, kopi arabica di daerah ini dibawa oleh orang Portugal (era jajahan Portugis).

Hampir seluruh kopi Flores Bajawa adalah organik. Selain dikonsumsi di dalam negeri, kopi ini banyak diekspor ke Amerika.
6. Kopi Toraja
Salah satu kopi dari Sulawesi Selatan, yang sedang naik daun karena kadar kemanisan (sweetness)-nya.

Kopi Toraja Sapan pernah memanen harga US$450 per kilogram pada saat lelang tahun 2012, sebagai pengakuan terhadap kehebatan dan kesegaran rasanya.
Jangan takut, kunjungi kedai kopi atau supermarket terdekat, kopi jenis ini pasti tersedia.
7. Kopi Papua
Salah satu daerah penghasil kopi yang unik, karena kabarnya tak ada perkebunan kopi di sana. Kopi ditanam sporadis, organik, dan tradisional. Inilah sebabnya harganya agak mahal.

Namun rasanya? Jangan ditanya!
Selain daerah penghasil yang sudah terkenal di atas, sebenarnya ada banyak daerah lain di Indonesia yang sedang menggalakkan produksi kopi. Terbukti muncul beberapa coffee specialty baru, seperti kopi Java Preanger, Solok, Dolok Sanggul, dan lain-lain.

Akhir cerita…

Kopi ditanam. Biji kopi dipanen, diproses, hingga siap seduh. Kopi pun tersaji di depan kita.
Ternyata, banyak kisah dan detail di balik minuman favorit banyak orang ini. Ada sejarah, budaya yang tak terpisahkan–yang membuat kopi Indonesia yang kita teguk semakin nikmat.
Hemat saya, jika Anda benar-benar suka kopi, maka tak salah untuk mengejar kopi-kopi yang saya sebut di atas. Kopi Indonesia semuanya enak-enak lho!
Favorit saya tetap kopi Bali dan Toraja. Jika Anda pecinta robusta, bisa juga memburu Temanggung dan Merapi.
Dan ingat, petani, pengolah, peracik hingga kedai kopi pasti senang jika kopi produksi mereka makin disukai.
Lebih jauh lagi, Anda bisa bertukar pikiran dan cerita jika bertemu…. tentunya dengan ditemani secangkir kopi Indonesia.
Jadi, yang mana kopi Indonesia favorit Anda?

Kopi Gayo


Kopi Gayo (bahasa Inggris: Gayo Coffee) merupakan varietas kopi arabika yang menjadi salah satu komoditi unggulan yang berasal dari Dataran tinggi Gayo, Sumatra, Indonesia.[1] Kopi Gayo telah mendapat Fair Trade Certified™ dari Organisasi Internasional Fair Trade pada tanggal 27 Mei 2010, Kopi Gayo menerima sertifikat IG (Indikasi Geogafis) diserahkan oleh Menteri Hukum dan HAM Indonesia.[2] [3] Kemudian pada Event Lelang Special Kopi Indonesia tanggal 10 Oktober 2010 di Bali, kembali Kopi Arabika Gayo memperoleh peringkat tertinggi saat cupping score.[4] Sertifikasi dan prestasi tersebut kian memantapkan posisi Kopi Gayo sebagai Kopi Organik terbaik di dunia. [5]

Daftar isi

Latar belakang

Perkebunan kopi yang telah dikembangkan sejak tahun 1908 ini tumbuh subur di Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah dan sebagian kecil wilayah Gayo Lues. Ketiga daerah yang berada di ketinggian 1200 m di atas permukaan laut tersebut memiliki perkebunan kopi terluas di Indonesia, yaitu sekitar 81.000 hektar. Masing-masing 42.000 hektar berada di Kabupaten Bener Meriah, selebihnya (39.000 hektar) di Kabupaten Aceh Tengah. Masyarakat Gayo berprofesi sebagai petani kopi dengan dominasi varietas Arabika. Produksi kopi Arabika yang dihasilkan dari Tanah Gayo merupakan yang terbesar di Asia.
Adapun penyebaran tumbuhan kopi ke Indonesia dibawa seorang berkebangsaan Belanda pada abad ke-17 yang mendapatkan biji Arabika mocca dari Arabia ke Batavia (Jakarta). Kopi Arabika itu pertama-tama ditanam dan dikembangkan di daerah Jatinegara, Jakarta, menggunakan tanah partikelir Kesawung yang kini lebih dikenal Pondok Kopi. Penyebaran selanjutnya dari tanaman kopi tersebut sampai juga ke kawasan dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Dari masa kolonial Belanda hingga sekarang Kopi Gayo khususnya telah menjadi mata pencaharian pokok mayoritas masyarakat Gayo bahkan telah menjadi satu-satunya sentra tanaman kopi kualitas ekspor di daerah Aceh Tengah. Selain itu bukti arkeologis berupa sisa pabrik pengeringan kopi masa kolonial Belanda di Desa Wih Porak, Kecamatan Silih Nara, Aceh Tengah telah memberikan kejelasan bahwa kopi pada masa lalu pernah menjadi komoditas penting perekonomian.

Peran Belanda dan Kopi Gayo

Rumah pekebun kopi gayo.png
Kehadiran kekuasaan Belanda di Tanah Gayo tahun 1904 serta merta diikuti pula dengan hadirnya pendatang-pendatang lain. Pada masa itu wilayah Aceh Tengah dijadikan onder afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya. Di sisi lain, kehadiran Belanda juga telah memberi penghidupan baru dengan membuka lahan perkebunan, salah satunya kebun kopi di Tanah Gayo (di ketinggian 1.000 - 1.700 m di atas permukaan laut).
Sebelum kopi hadir di Dataran tinggi Gayo, tanaman teh dan lada telah lebih dulu diperkenalkan. Menurut ahli pertanian Belanda JH Heyl dalam bukunya berjudul Pepercultuur in Atjeh menerangkan asalnya tanaman lada dibawa dari Mandagaskar (Afrika Timur) dalam abad VII atau VIII ke tanah Aceh (Zainuddin, 1961:264). Sayangnya kedua tanaman itu kurang mendapat perhatian serius dari pemerintah kolonial. Pada akhirnya Belanda kemudian memperkenalkan dan membuka perkebunan kopi pertama seluas 100 ha pada tahun 1918 di kawasan Belang Gele, yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Bebesen, Aceh Tengah. Selain dibukanya lahan perkebunan, di tahun 1920 muncul kampung baru masyarakat Gayo di sekitar perkebunan kopi Belanda itu, dan pada tahun 1925-1930 mereka membuka sejarah baru dengan membuka kebun-kebun kopi rakyat. Pembukaan itu didasari oleh pengetahuan yang diperoleh petani karena bertetangga dengan perkebunan Belanda itu. Pada akhir tahun 1930 empat buah kampung telah berdiri di sekitar kebun Belanda di Belang Gele itu, yaitu Kampung Belang Gele, Atu Gajah, Paya Sawi, dan Pantan Peseng (Melalatoa, 2003:51).

Peninggalan

Sisa bangunan kopi gayo.png
Salah satu bukti kepurbakalaan yang berkaitan dengan komoditas kopi ini adalah temuan berupa sisa pabrik pengeringan kopi (biji kopi) di dekat Masjid Baitul Makmur, Desa Wih Porak, Silih Nara, Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Susilowati,2007). Secara astronomis terletak pada 040 36.640′ LU dan 0960 45.660′ BT (47 N 0251594 UTM 0510018). Bekas pabrik pengeringan kopi tersebut menempati lahan berukuran 110 m x 60 m, sebagian kini telah menjadi lahan Pesantren Terpadu Darul Uini. Pada lahan tersebut terdapat sisa bangunan berupa sisa pondasi, sisa tembok bangunan, bekas tempat kincir air, dan beberapa kolam tempat proses pengeringan kopi.[6]
Tempat kincir air ditandai dengan 3 buah tembok berketebalan 15 cm, tinggi sekitar 2 m dan di bagian permukaan atasnya dijumpai masing-masing 2 buah baut besi yang diperkirakan sebagai tempat bertumpunya kincir angin. Di dekat bekas tempat kincir air tersebut dijumpai dua buah kolam tempat pemrosesan kopi, salah satunya berukuran panjang sekitar 2,65 m, lebar, 2,33 m dan tinggi sekitar 1,25 m. Pada bagian selatan terdapat saluran air yang menuju ke kolam di bagian selatan. Selain itu juga terdapat bekas tembok kolam pengering gabah kopi di bagian paling selatan setelah tembok saluran air. Pada bekas tembok kolam tersebut masih terdapat lubang saluran air di bagian utara. Setelah masa kemerdekaan pabrik tersebut pernah terlantar, selanjutnya sekitar tahun 1960-an hingga tahun 1979 pabrik tersebut pernah dikelola oleh PNP I, kemudian kepemilikannya berpindah ke PT Ala Silo dan terakhir lahannya kini dimiliki oleh Dinas Perkebunan Pemerintah Daerah Kab. Aceh Tengah.

Setelah kemerdekaan

Pada paruh kedua tahun 1950-an, orang Gayo mulai berkebun kopi. Pada periode itu hutan-hutan dibabat untuk dijadikan kebun kopi. Pada tahun 1972 Kabupaten Aceh Tengah tercatat sebagai penghasil kopi terbesar dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Luas areal kebun kopi di Kabupaten Aceh Tengah pada tahun 1972 adalah 19.962 ha. Perkebunan kopi bagi warga Kabupaten Bener Meriah (pemekaran dari Kab. Aceh Tengah) dan Kabupaten Aceh Tengah merupakan urat nadi perekonomian yang paling menonjol, selain perdagangan sayur mayur seperti kol/kubis, wortel, cabai, dan cokelat. Sebagai komoditas ekspor, 27.953 keluarga di Aceh Tengah menggantungkan hidup mereka pada budi daya kopi dengan luas areal 46.392 ha, dan dengan rata-rata 720,7 kg/ha/tahun (BPS Kab. Aceh Tengah 2005:144-145). Konflik yang berkepanjangan menyebabkan sedikitnya 6.440 ha lahan kopi telantar dan 5.037 keluarga kehilangan lapangan kerja.
Setelah konflik mereda dan ditandatanganinya perjanjian damai RI-GAM pada akhir tahun 2005, para petani kopi kini mulai berani bercocok tanam di kebun kopi yang terletak jauh di lereng gunung, tidak sekedar menanam kopi di pekarangan rumah. Harga jual kopi pun -meski dipengaruhi harga kopi dunia- relatif stabil dan terus menguat karena jalur perdagangan antara Takengon - Bireun - Lhoksemauwe - Medan dapat dilalui kendaraan angkut tanpa resiko besar. Kini, aktivitas perkebunan kopi mulai bangkit kembali dan kini telah menjadi tulang punggung perekonomian di Kabupaten Aceh Tengah Bener Meriah dan Gayo Lues.

Cita Rasa

Kopi arabika dari dataran Tinggi Gayo, telah dikenal dunia karena memiliki citarasa khas dengan ciri utama antara lain aroma dan perisa yang kompleks dan kekentalan yang kuat. International Conference on Coffee Science, Bali, Oktober 2010 menominasikan kopi Dataran Tinggi Gayo ini sebagai the Best No 1[4], dibanding kopi arabika yang berasal dari tempat lain.

Pasar Internasional

Kopi Gayo cukup terkenal di dunia karena memiliki aroma dan kenikmatan yang khas dan jika di cupping atau di test rasa dan aroma di daerah gayo hampir memiliki cita rasa kopi yang ada di seluruh dunia, ini disebabkan oleh faktor ketinggian dan beberapa aspek lain yang menjadikan kopi gayo terbaik, ini dibuktikan dengan beberapa kali kopi gayo meraih penghargaan sebagai kopi terbaik dunia. Meski terjadi krisis di Eropa, tak mengurangi permintaan kopi asal dataran tinggi Tanah Gayo di pasar dunia. Kopi dari daerah gayo juga merupakan kopi termahal di dunia ini terbukti pada saat pameran kopi dunia yang diselenggarakan organisasi Specialty Coffee Association of America (SCAA) di Portland, Oregon Convention Center, Amerika Serikat. Negara tujuan terbesar ekspor kopi asal Dataran tinggi Tanah Gayo yang meliputi Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues itu adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa.