Minggu, 03 Januari 2016

Kopi Indonesia



Kopi Indonesia sedang naik daun. Di kota-kota besar telah berdiri kedai-kedai kopi–banyak di antara mereka yang mengandalkan kopi asli Indonesia.

Di luar negeri, sejak abad 17, biji untuk seduhan kafein ini pun sudah ngetop. “Secangkir Jawa” adalah kebanggaan dalam acara ngopi-ngopi di Eropa.
Tidak rumit mengenal si genus Coffea ini. Di samping itu, ia juga punya banyak cerita.
Selain enak, kopi di nusantara juga beragam. Tinggal pilih: mau species arabica? Atau kopi robusta? Mau yang dari Aceh? Flores? Toraja? Papua?
Buat saya pribadi, menikmati kopi berarti menikmati keragaman budaya. Juga sejarahnya. Singkat saja, saya memang suka kopi :)
Segelas kopi terkesan mudah disajikan. Tapi ternyata cerita kopi tak segampang yang kita sangka. Alangkah baiknya jika kita mengenal lebih jauh tentang kopi Indonesia.
Yuk, kita telusuri!

Kopi Indonesia di tengah kopi dunia

Sebagian besar bulir-bulir kopi dari penjuru Indonesia ternyata diekspor ke luar negeri. Indonesia pun ternyata ada di posisi tiga besar produsen kopi dunia.
Produksi kopi negara-negara di dunia
(satuan karung: 1 karung = 60 kg)
1. Brazil (22,5 juta karung)
2. Kolumbia (10,5 juta karung)
3. Indonesia (6,7 juta karung)
4. Vietnam (5,8 juta karung)
5. Meksiko (5 juta karung)
6. Ethiopia (3,8 juta karung)
7. India (3,8 juta karung)
8. Guatemala (3,5 juta karung)
9. Pantai Gading (3,3 juta karung)
10. Uganda (3 juta karung)

Soal kopi, boleh jadi kita agak berterima kasih dengan Belanda.
Seperti yang kita ketahui, VOC–yang notabene perusahaan jajahan Belanda untuk Hindia Timur, memperkenalkan species kopi arabika (Coffea arabica) di akhir dekade 1600-an.
Orang-orang Belanda pula yang memperluas pemasaran kopi produksi Indonesia ke Eropa. Ya, VOC memang mengeruk untung jutaan gulden dari keringat petani kopi Indonesia.
Saat ini, kopi Indonesia memang jadi salah satu yang diburu eksportir. Umumnya, kopi kita ini dilempar ke pasaran Asia (Jepang, Korea, Taiwan), Eropa bahkan Amerika.
Jika dulu yang terkenal hanya “Java” saja, saat ini kita punya Mandailing (yang saya lihat bertebaran di Taiwan dan Jepang), serta Toraja. Kopi Toraja ini bahkan mengundang decak kagum dari Pete Licata, pemenang lomba barista sedunia 2013.

Sejarah singkat kopi di Indonesia

Seperti telah diterangkan di atas, kopi arabica dibawa Belanda sekitar abad ke-17. Kopi arabica padahal aslinya dari Yaman, dan pada saat itu perdagangannya dikuasai oleh pedagang Arab.
Penjajah Belanda jelas melihat potensi penjualan kopi ini. Singkat kata: bawa ke daerah jajahan (dalam kasus ini Hindia Belanda atau Indonesia), lalu tanam secara massal. Tanam paksa.
Pada era tanam paksa ini (sekitar 1830), produksi kopi meningkat pesat. VOC pun menguasai perdagangan kopi dunia.
Namun, malang tak dapat ditolak. Kopi arabica yang ditanam di Indonesia terkena hama jamur karat. Hampir seluruh perkebunan kopi terinfeksi.
Namun Belanda tak hilang akal. Mereka lalu membawa species lain: kopi liberica (Coffea liberica, yang sekarang sudah jarang ditemui di Indonesia)–yang ternyata juga dihajar hama. Pusing, mereka lalu membawa species yang lebih tahan: kopi robusta (Coffea robusta).
Nah, species kopi inilah yang hingga kini bertahan lama di Indonesia. Bahkan, hampir 90 persen produksi kopi Indonesia ternyata adalah robusta!

Kopi asli Indonesia: Dari mana?

Produksi kopi di Indonesia kini sudah tak terkait Belanda lagi (fiuh!).
Saat ini, banyak koperasi, asosiasi, kelompok/serikat tani, bahkan individu yang mengembangkan kopi Indonesia. Mereka inilah ujung tombak kopi Indonesia: orang-orang yang melestarikan budaya kopi nusantara.
Volume terbesar jelas dari kopi robusta. Segitiga emas di Lampung, Sumatera Selatan dan Bengkulu adalah penghasil kopi robusta yang saya ketahui. Temanggung, Merapi juga menghasilkan robusta yang terkenal enaknya.
Sedangkan untuk species kopi arabika, ada beberapa daerah yang khas. Ada istilah lain untuk ini, yakni coffee specialty.
Ada juga indikasi geografis untuk daerah-daerah tertentu penghasil kopi arabica. Beberapa daerah produsen kopi arabica yang terkenal di Indonesia:
1. Kopi Aceh Gayo
Sesuai namanya, Gayo ada di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, terutama di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.

Kopi Gayo sudah dikenal lama di dunia kopi karena dikembangkan sejak tahun 1908 dan salah satu perkebunan kopi arabica terluas di Asia (81.000 hektar)! Mau mencicipi? Kopi Gayo banyak tersebar di kedai-kedai kopi baik dalam maupun luar negeri.
2. Kopi Mandailing dan Lintong
Dari Sumatera Utara. Ciri khasnya adalah body (badan) kopi yang tebal–salah satu karakter kopi yang dicari tukang seruput kopi.

Saya pernah mencicipi kopi varietas ini di Taiwan dan Jepang. Tampaknya mereka butuh “ditampar” oleh body kopi Mandailing yang mantap.
3. Kopi Jawa atau Java coffee
Namanya sungguh terkenal untuk kopi, sehingga sebuah perangkat lunak pun dinamai penemunya sebagai Java.

Ya, sang penemu software suka menyeruput kopi Jawa saat bekerja.
Mulai dari Jawa Barat hingga Timur, kita bisa temui si “Java” ini.
Rasanya? Seruput sendiri dan rasakan enaknya!
4. Kopi Bali Kintamani
Satu produk lagi dari pulau dewata. Pulau Bali tak henti bikin kita kagum. Kopi dari pulau ini pun terkenal karena keunikannya: keasaman (acidity), rasa lemon serta aroma bunga.

Sekitar 13.800 ton kopi dihasilkan oleh Bali setiap tahunnya, dan mayoritas bisa menembus pasar Eropa dan Amerika.
Kopi Bali ini selalu ada dalam rekomendasi saya–selagi tersedia, maka saya akan pesan dan menyeruputnya!
5. Kopi Flores Bajawa
Flores adalah salah satu daerah penghasil kopi arabica yang utama, walaupun tak terlalu besar. Uniknya, kopi arabica di daerah ini dibawa oleh orang Portugal (era jajahan Portugis).

Hampir seluruh kopi Flores Bajawa adalah organik. Selain dikonsumsi di dalam negeri, kopi ini banyak diekspor ke Amerika.
6. Kopi Toraja
Salah satu kopi dari Sulawesi Selatan, yang sedang naik daun karena kadar kemanisan (sweetness)-nya.

Kopi Toraja Sapan pernah memanen harga US$450 per kilogram pada saat lelang tahun 2012, sebagai pengakuan terhadap kehebatan dan kesegaran rasanya.
Jangan takut, kunjungi kedai kopi atau supermarket terdekat, kopi jenis ini pasti tersedia.
7. Kopi Papua
Salah satu daerah penghasil kopi yang unik, karena kabarnya tak ada perkebunan kopi di sana. Kopi ditanam sporadis, organik, dan tradisional. Inilah sebabnya harganya agak mahal.

Namun rasanya? Jangan ditanya!
Selain daerah penghasil yang sudah terkenal di atas, sebenarnya ada banyak daerah lain di Indonesia yang sedang menggalakkan produksi kopi. Terbukti muncul beberapa coffee specialty baru, seperti kopi Java Preanger, Solok, Dolok Sanggul, dan lain-lain.

Akhir cerita…

Kopi ditanam. Biji kopi dipanen, diproses, hingga siap seduh. Kopi pun tersaji di depan kita.
Ternyata, banyak kisah dan detail di balik minuman favorit banyak orang ini. Ada sejarah, budaya yang tak terpisahkan–yang membuat kopi Indonesia yang kita teguk semakin nikmat.
Hemat saya, jika Anda benar-benar suka kopi, maka tak salah untuk mengejar kopi-kopi yang saya sebut di atas. Kopi Indonesia semuanya enak-enak lho!
Favorit saya tetap kopi Bali dan Toraja. Jika Anda pecinta robusta, bisa juga memburu Temanggung dan Merapi.
Dan ingat, petani, pengolah, peracik hingga kedai kopi pasti senang jika kopi produksi mereka makin disukai.
Lebih jauh lagi, Anda bisa bertukar pikiran dan cerita jika bertemu…. tentunya dengan ditemani secangkir kopi Indonesia.
Jadi, yang mana kopi Indonesia favorit Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar